Cacing tanah, ternyata bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita, Hewan ini tampak begitu lunak dan Bagi sebagian orang menganggap sangat menjijikan. Akan tetapi hewan ini mempunyai potensi yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (invertebrata). Di Indonesia, cacing tanah dikenal ada tiga jenis, yaitu cacing kalung, cacing merah, dan cacing koot.
Peranan cacing tanah ini sebenarnya telah diketahui sejak dahulu kala. Seorang ahli Yunani, Aristoteles, banyak menaruh perhatian terhadap cacing tanah. Ia menyebut cacing tanah adalah perutnya bumi.
Pada tahun 69-30 Sebelum Masehi, ratu cantik Cleopatra yang saat itu berkuasa di Mesir melarang bangsa Mesir memindahkan cacing tanah ke luar dari Mesir, bahkan petaninya dilarang menyentuh cacing sebab pada zaman itu cacing tanah dianggap sebagai Dewa Kesuburan.
Dalam catatan klasik Tiongkok, cacing tanah disebut tilung atau naga tanah. Cacing ini sejak dahulu kala mereka gunakan dalam berbagai ramuan untuk menyembuhkan bermacam-macam penyakit.
Seorang cendekiawan terkenal, Charles Darwin, telah menghabiskan waktunya selama hampir 40 tahun untuk mengamati kehidupan cacing tanah. la menyebut cacing tanah sebagai mahluk penentu keindahan alam dan pemikat bumi. Para petani pun telah mengetahui secara turun-temurun, bahwa cacing tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah pertanian.
Di Indonesia, manfaat cacing tanah masih sangat terbatas, yaitu sebagai pakan ternak atau ikan. Akan tetapi, di negara-negara lain cacing tanah juga bermanfaat sebagai bahan obat, bahan kosmetik, pengurai sampah dan sebagai makanan manusia.
Lahan pertanian yang mengandung cacing tanah pada umumnya akan lebih subur karena tanah yang bercampur dengan kotoran cacing tanah sudah siap untuk diserap oleh akar tanaman. Cacing tanah yang ada di dalam tanah akan mencampurkan bahan organik pasir ataupun bahan antara lapisan atas dan bawah. Aktivitas ini juga menyebabkan bahan organik akan tercampur lebih merata.
Kotoran cacing tanah juga kaya akan unsur hara. Ahli-ahli pertanian di luar negeri dari tahun ke tahun tertarik oleh gerak-gerak cacing tanah. Mereka menyatakam bahwa kadar kimiawi kotoran cacing dan tanah aslinya banyak perbedaannya.
Pada tahun 1941 hasil penelitian T.C. Puh menyatakan, bahwa karena aktivitas cacing tanah, maka N, P, K tersedia dan bahan organik dalam tanah dapat meningkat. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pokok bagi tanaman.
Tahun 1949 Stockli dalam penelitiannya menjelaskan, bahwa humus dan mikroflora kotoran cacing tanah lebih tinggi dari tanah aslinya. Demikian juga percobaan pada tanah-tanah gundul bekas tambang di Ohio (Amerika Serikat) menunjukan, bahwa cacing tanah dapat meningkatkan kadar K tersedia 19% dan P tersedia 165%.
Tahun 1979, Wollny juga menyatakan bahwa cacing tanah mempengaruhi kesuburan dan produktivitas tanah. Dengan adanya cacing tanah, kesuburan dan produkvitas tanah akan meningkat. Selain itu cacing tanah juga dapat meningkatkan daya serap air permukaan.
Liang cacing tanah yang ditinggal dalam tanah berfungsi memperbaiki aerasi dan drainase. Keduanya sangat penting dalam pembentukan tanah. Cacing tanah juga membantu pengangkutan sejumlah lapisan tanah dari bahan organik. Lapisan bawah permukaan dan mencampurkan tanah dari bahan organik dengan bahan organik. Cacing tanah juga dapat memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah. Lubang-lubang cacing dan humus secara langsung menjadikan tanah gembur.
Di kota-kota besar, sampah merupakan salah satu masalah yang rumit. Untuk memusnahkannya membutuhkan biaya yang sangat besar. Untuk mengatasinya, beberapa kota besar di luar negeri telah mencoba memanfaatkan cacing tanah. Ternyata cacing tanah mempunyai kemampuan yang cukup besar dan cukup mengagumkan untuk memusnahkan bahan organik.
Dari hasil penelitian para ahli makanan ternak, ternyata selain tepung ikan, cacing tanah pun bisa digunakan untuk pakan ternak dan ikan. Menurut mereka, kadar protein cacing tanah lebih tinggi dibanding dengan tepung ikan. Selain itu kandungan asam aminonya paling lengkap, tidak berlemak, mudah dicerna dan tidak bertulang sehingga seluruh jasadnya dipakai.
Dalam dunia pengobatan tradisional Tiongkok, cacing tanah digunakan dalam ramuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit, antara lain meredakan demam, untuk penderita tekanan darah tinggi, bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi, dan juga dapat menyembuhkan tifus.
Di negara-negara industri maju, cacing tanah sudah dimanfaatkan dalam bidang kosmetika. Minyak hasil ekstraksi cacing tanah dapat digunakan sebagai pelembab.
Penggunaan cacing tanah sebagai makanan manusia pada umumnya dicampur dengan makanan lain. Di Filipina, cacing tanah digunakan sebagai bahan untuk membuat perkedel. Di negara itu cacing tanah sudah mulai disukai sebagai santapan yang lezat.
Peranan cacing tanah ini sebenarnya telah diketahui sejak dahulu kala. Seorang ahli Yunani, Aristoteles, banyak menaruh perhatian terhadap cacing tanah. Ia menyebut cacing tanah adalah perutnya bumi.
Pada tahun 69-30 Sebelum Masehi, ratu cantik Cleopatra yang saat itu berkuasa di Mesir melarang bangsa Mesir memindahkan cacing tanah ke luar dari Mesir, bahkan petaninya dilarang menyentuh cacing sebab pada zaman itu cacing tanah dianggap sebagai Dewa Kesuburan.
Dalam catatan klasik Tiongkok, cacing tanah disebut tilung atau naga tanah. Cacing ini sejak dahulu kala mereka gunakan dalam berbagai ramuan untuk menyembuhkan bermacam-macam penyakit.
Seorang cendekiawan terkenal, Charles Darwin, telah menghabiskan waktunya selama hampir 40 tahun untuk mengamati kehidupan cacing tanah. la menyebut cacing tanah sebagai mahluk penentu keindahan alam dan pemikat bumi. Para petani pun telah mengetahui secara turun-temurun, bahwa cacing tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah pertanian.
Di Indonesia, manfaat cacing tanah masih sangat terbatas, yaitu sebagai pakan ternak atau ikan. Akan tetapi, di negara-negara lain cacing tanah juga bermanfaat sebagai bahan obat, bahan kosmetik, pengurai sampah dan sebagai makanan manusia.
Lahan pertanian yang mengandung cacing tanah pada umumnya akan lebih subur karena tanah yang bercampur dengan kotoran cacing tanah sudah siap untuk diserap oleh akar tanaman. Cacing tanah yang ada di dalam tanah akan mencampurkan bahan organik pasir ataupun bahan antara lapisan atas dan bawah. Aktivitas ini juga menyebabkan bahan organik akan tercampur lebih merata.
Kotoran cacing tanah juga kaya akan unsur hara. Ahli-ahli pertanian di luar negeri dari tahun ke tahun tertarik oleh gerak-gerak cacing tanah. Mereka menyatakam bahwa kadar kimiawi kotoran cacing dan tanah aslinya banyak perbedaannya.
Pada tahun 1941 hasil penelitian T.C. Puh menyatakan, bahwa karena aktivitas cacing tanah, maka N, P, K tersedia dan bahan organik dalam tanah dapat meningkat. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pokok bagi tanaman.
Tahun 1949 Stockli dalam penelitiannya menjelaskan, bahwa humus dan mikroflora kotoran cacing tanah lebih tinggi dari tanah aslinya. Demikian juga percobaan pada tanah-tanah gundul bekas tambang di Ohio (Amerika Serikat) menunjukan, bahwa cacing tanah dapat meningkatkan kadar K tersedia 19% dan P tersedia 165%.
Tahun 1979, Wollny juga menyatakan bahwa cacing tanah mempengaruhi kesuburan dan produktivitas tanah. Dengan adanya cacing tanah, kesuburan dan produkvitas tanah akan meningkat. Selain itu cacing tanah juga dapat meningkatkan daya serap air permukaan.
Liang cacing tanah yang ditinggal dalam tanah berfungsi memperbaiki aerasi dan drainase. Keduanya sangat penting dalam pembentukan tanah. Cacing tanah juga membantu pengangkutan sejumlah lapisan tanah dari bahan organik. Lapisan bawah permukaan dan mencampurkan tanah dari bahan organik dengan bahan organik. Cacing tanah juga dapat memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah. Lubang-lubang cacing dan humus secara langsung menjadikan tanah gembur.
Di kota-kota besar, sampah merupakan salah satu masalah yang rumit. Untuk memusnahkannya membutuhkan biaya yang sangat besar. Untuk mengatasinya, beberapa kota besar di luar negeri telah mencoba memanfaatkan cacing tanah. Ternyata cacing tanah mempunyai kemampuan yang cukup besar dan cukup mengagumkan untuk memusnahkan bahan organik.
Dari hasil penelitian para ahli makanan ternak, ternyata selain tepung ikan, cacing tanah pun bisa digunakan untuk pakan ternak dan ikan. Menurut mereka, kadar protein cacing tanah lebih tinggi dibanding dengan tepung ikan. Selain itu kandungan asam aminonya paling lengkap, tidak berlemak, mudah dicerna dan tidak bertulang sehingga seluruh jasadnya dipakai.
Dalam dunia pengobatan tradisional Tiongkok, cacing tanah digunakan dalam ramuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit, antara lain meredakan demam, untuk penderita tekanan darah tinggi, bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi, dan juga dapat menyembuhkan tifus.
Di negara-negara industri maju, cacing tanah sudah dimanfaatkan dalam bidang kosmetika. Minyak hasil ekstraksi cacing tanah dapat digunakan sebagai pelembab.
Penggunaan cacing tanah sebagai makanan manusia pada umumnya dicampur dengan makanan lain. Di Filipina, cacing tanah digunakan sebagai bahan untuk membuat perkedel. Di negara itu cacing tanah sudah mulai disukai sebagai santapan yang lezat.
Menurut para ahli cacing Lumbricus Rubellus mengandung kadar protein sangat tinggi sekitar 76%. Kadar ini lebih tinggi dibandingkan daging mamalia (65%) atau ikan (50%).